Berhati-hatilah bagi
orang-orang yang ibadahnya temporal, karena bisa jadi perbuatan tersebut
merupakan tanda-tanda keikhlasannya belum sempurna. Karena aktivitas ibadah
yang dilakukan secara temporal tiada lain, ukurannya adalah urusan duniawi. Ia
hanya akan dilakukan kalau sedang butuh, sedang dilanda musibah, atau sedang
disempitkan oleh ujian dan kesusahan, meningkatlah amal ibadahnya. Tidak
demikian halnya ketika pertolongan ALLOH datang, kemudahan menghampiri,
kesenangan berdatangan, justru kemampuannya bersenang-senangnya bersama ALLOH
malah menghilang.
Bagi yang amalnya temporal,
ketika menjelang pernikahan tiba-tiba saja ibadahnya jadi meningkat, shalat
wajib tepat waktu, tahajud nampak khusu, tapi anehnya ketika sudah menikah,
jangankan tahajud, shalat subuh pun terlambat. Ini perbuatan yang memalukan.
Sudah diberi kesenangan, justru malah melalaikan perintah-Nya. Harusnya sesudah
menikah berusaha lebih gigih lagi dalam ber-taqarrub kepada ALLOH sebagai
bentuk ungkapan rasa syukur.