Minggu, 22 Juli 2012

Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar

Segala puja-puji secara sempurna hanya milik Allah, Zat yang Maha Menguasai alam Semesta, Zat yang Maha Menguasai terang dan gelap, Zat yang Menguasai tiap-tiap saat, sungguh tiada satu detikpun kecuali milik Allah.

Saudara-saudaraku sebuah terasi ada harga kalau jelas ciri dan baunya yang khas. Kita membuat terasi tetapi tidak memiliki ciri dan bau yang khas terasi, maka sungguh si terasi ini tidak akan ada harganya, walaupun ia diberi terasi. Begitu juga kita umat Islam, kenapa saat ini kita kurang dihargai ?. Jawabannya, bisa jadi karena kita mengaku sebagai umat Islam tetapi tidak tampak ciri kita sebagai ummat Islam. Ciri akan selalu disertai dengan harga, karena kita tidak punya ciri maka jangan harap akan punya harga.

Oleh karena itu, bulan Ramadhan yang saat ini kita jelang, marilah kita bersungguh-sungguh menampilkan ciri keislaman kita. Tentu saja ciri keislaman tidak identik dengan atribut penampilan yang luar, yang tidak terlalu pokok. Berikut ini adalah beberapa ciri yang dianjurkan untuk kita lakukan di bulan Ramadhan.

Posted on 12.58 by Arif Wahyu

No comments

Kamis, 19 Juli 2012

Setiap perubahan dalam masalah gambar yang tidak mungkin diagung-agungkan sampai kepada yang paling hina, dapat pindah dari lingkungan makruh kepada lingkungan halal. Dalam hal ini ada sebuah hadis yang menerangkan, bahwa Jibril a.s. pernah minta izin kepada Nabi untuk masuk rumahnya, kemudian kata Nabi kepada Jibril:


"Masuklah! Tetapi Jibril menjawab: Bagaimana saya masuk, sedang di dalam rumahmu itu ada korden yang penuh gambar! Tetapi kalau kamu tetap akan memakainya, maka putuskanlah kepalanya atau potonglah untuk dibuat bantal atau buatlah tikar." (Riwayat Nasa'i Ban Ibnu Hibban)
Oleh karena itulah ketika Aisyah melihat ada tanda kemarahan dalam wajah Nabi karena ada korden yang banyak gambarnya itu, maka korden tersebut dipotong dan dipakai dua sandaran, karena gambar tersebut sudah terhina dan jauh daripada menyamai gambar-gambar yang diagung-agungkan.
Beberapa ulama salaf pun ada yang memakai gambar yang terhina itu, dan mereka menganggap bukan suatu dosa. Misalnya Urwah, dia bersandar pada sandaran yang ada gambarnya, di antaranya gambar burung dan orang lakilaki. Kemudian Ikrimah berkata: Mereka itu memakruhkan gambar yang didirikan (patung) sedang yang diinjak kaki, misalnya di lantai, bantal dan sebagainya, mereka menganggap tidak apa-apa.

Posted on 08.40 by Arif Wahyu

No comments